Islam
Loncat ke navigasiLoncat ke pencarian
| Artikel ini membutuhkan rujukan tambahan agar kualitasnya dapat dipastikan. Mohon bantu kami untuk mengembangkan artikel ini dengan cara menambahkan rujukan ke sumber tepercaya. Pernyataan tak bersumber bisa saja dipertentangkan dan dihapus. Cari sumber: “Islam” – berita · surat kabar · buku · cendekiawan · JSTOR (April 2019) (Pelajari cara dan kapan saatnya untuk menghapus pesan templat ini) |

Umat Islam sedang Salat berjamaah di Masjidil Haram, Mekkah. Mereka, dan muslim dari seluruh dunia, salat menghadap sebuah bangunan kubus bernama Kabah. (Klik untuk memperbesar.)

Islam (bahasa Arab: الإسلام, translit. al-islām, dengarkan) adalah salah satu agama dari kelompok agama yang diterima oleh seorang nabi (agama samawi) yang mengajarkan monoteisme tanpa kompromi, iman terhadap wahyu, iman terhadap akhir zaman, dan tanggung jawab.[1] Bersama para pengikut Yudaisme dan Kekristenan, seluruh muslim–pengikut ajaran Islam–adalah anak turun Ibrahim.[2] Islam diikuti oleh 1,8 miliar orang di seluruh dunia sehingga menjadi agama terbesar kedua setelah Kristen.[3]
Daftar isi
- 1Terminologi
- 2Tuhan dalam Islam
- 3Ajaran Islam: Takwa
- 4Pembawa ajaran Islam: Muhammad
- 5Sumber hukum dan ajaran Islam
- 6Sejarah
- 7Masyarakat dan budaya Islam
- 8Lihat pula
- 9Bacaan lebih lanjut
- 10Pranala luar
- 11Catatan dan referensi
Terminologi
Kata “islām” berasal dari bahasa Arab aslama – yuslimu dengan arti semantik sebagai berikut: tunduk dan patuh (khadha‘a wa istaslama), berserah diri, menyerahkan, memasrahkan (sallama), mengikuti (atba‘a), menunaikan, menyampaikan (addā), masuk dalam kedamaian, keselamatan, atau kemurnian (dakhala fi al-salm au al-silm au al-salām).[4] Dari istilah-istilah lain yang akar katanya sama, “islām” berhubungan erat dengan makna keselamatan, kedamaian, dan kemurnian.[5]
Secara istilah, Islam bermakna penyerahan diri; ketundukan dan kepatuhan terhadap perintah Allah serta pasrah dan menerima dengan puas terhadap ketentuan dan hukum-hukum-Nya.[6] Hal ini disebutkan dalam firman-Nya
| (Ingatlah) ketika Tuhan berfirman kepadanya (Ibrahim), “Berserahdirilah!” Dia menjawab, “Aku berserah diri kepada Tuhan seluruh alam.” | إِذْ قَالَ لَهُ رَبُّهُ أَسْلِمْ ۖ قَالَ أَسْلَمْتُ لِرَبِّ الْعَالَمِينَ | ||
| —Qur’an Al-Baqarah:131 |
Pengertian “berserah diri” dalam Islam kepada Tuhan bukanlah sebutan untuk paham fatalisme, melainkan sebagai kebalikan dari rasa berat hati dalam mengikuti ajaran agama dan lebih suka memilih jalan mudah dalam hidup.[5] Seorang muslim mengikuti perintah Allah tanpa menentang atau mempertanyakannya, tetapi disertai usaha untuk memahami hikmahnya.[5]
Islam sebenarnya juga dipakai untuk menyebut keyakinan monoteistik yang diyakini bersama oleh agama-agama samawi (saat ini Judaisme dan Kekristenan); lihat QS al-Maidah ayat 44, QS Ali Imran ayat 67 dan 52.[7] Namun, Islam lebih populer digunakan untuk agama yang dibawa oleh Muhammad sebagaimana terdapat dalam sebuah ayat Alquran yang diturunkan di akhir-akhir masa kenabiannya:[8]
| Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agamamu. | الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا | ||
| —Qur’an Al-Ma’idah:3 |
Islam dapat juga disebut dengan iman, millah, dan syariah dalam pengertiannya sebagai aturan yang diturunkan oleh Allah melalui para utusan yang mencakup kepercayaan, keyakinan, adab, akhlak, perintah, dan larangan.[9] Agama Islam berdasarkan kewajiban untuk berserah diri dan menunaikan ajarannya disebut islam; jika dilihat berdasarkan kepercayaan terhadap Allah dan yang Dia turunkan, maka disebut iman; karena Islam itu diktatif dan terdokumentasikan, maka disebut millah; dan karena sumber hukumnya adalah Allah, maka disebut syariah.[9]
Islam adalah sebuah kepercayaan dan pedoman hidup yang menyeluruh.[10] Dalam Islam diajarkan pemahaman yang jelas mengenai hubungan manusia dengan Allah (dari mana kita berasal), tujuan hidup (kenapa kita di sini), dan arah setelah kehidupan (ke mana kita akan pergi).[10] Muslim adalah orang yang memeluk ajaran Islam dengan cara menyatakan kesaksiannya tentang keesaan Allah dan kenabian Muhammad.[10]
Tuhan dalam Islam
Informasi lebih lanjut: Allah (Islam)
| Nama “Allah”MENU0:00Cara Islam dalam mengucapkan nama “Allah”. |
Allah, menurut ajaran Islam, adalah satu-satunya Tuhan yang berhak disembah, memiliki nama-nama terbaik, dan memiliki sifat dan karakter tertinggi.[11] Ajaran monoteisme Islam disebut tauhid, yang didefinisikan sebagai pengesaan Allah dalam hal-hal yang menjadi kekhususan Tuhan dan yang Dia wajibkan.[12] Pengesaan Allah dalam hal-hal kekhususan Tuhan dibagi menjadi dua bahasan: tauhid rububiyah dan tauhid asma’ wash-shifat, sedangkan pengesaan Allah dalam hal-hal yang Dia wajibkan dibahas dalam tauhid uluhiyah.[13]
Tauhid (Monoteisme)
Artikel utama: Tauhid
Dalam tauhid rububiyah, Allah diakui sebagai satu-satunya Rabb (Yang Menguasai), sehingga semua selain Allah adalah ‘abd (hamba/budak/yang dikuasai).[14] Allah adalah Rabb Yang Berkuasa dalam penciptaan, pengurusan, dan kerajaan alam semesta.[15] Allah sebagai satu-satunya Pencipta adalah juga Yang Memberi rezeki, Yang Menghidupkan, Yang Mematikan, serta Yang Memberi kebaikan dan keburukan.[16] Allah yang mengurus segala sesuatu; semua urusan yang Dia tangani adalah kebaikan; dan Allah Mahakuasa terhadap apa yang Dia kehendaki.[16] Dalilnya adalah ayat dalam Alquran, “Segala penciptaan dan urusan menjadi hak-Nya.”[Al-A’raf:54][15]
Allah juga diakui memiliki kesempurnaan nama dan sifat (sifat perangai dan sifat perbuatan) selain mencipta, mengurus, dan merajai alam semesta; hal ini dibahas dalam tauhid asma wa sifat (keesaan nama dan sifat).[13] Nama dan sifat Allah diketahui dan ditetapkan dengan Alquran dan Sunnah secara literal, tidak bisa ditetapkan oleh akal semata.[17] Namun, nama dan sifat Allah tidak terbatas; selain dari yang disebutkan dalam Alquran dan Sunnah dirahasiakan dalam ilmu gaib-Nya.[18]
Dalam tauhid uluhiyah, Allah diakui sebagai Tuhan Yang Maha Esa dalam segala bentuk peribadahan dari seluruh makhluk-Nya.[13] Pengakuan Allah sebagai satu-satunya Rabb berkonsekuensi penyembahan makhluk kepada Rabbnya semata.[19] Ibadah atau penghambaan diri kepada Allah merupakan perbuatan makhluk untuk merendahkan diri kepada-Nya dengan mengerjakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya seumur hidup.[20] Ibadah tidak boleh ditujukan sedikit pun kepada selain Allah.[21] Beribadah kepada selain Allah, meskipun juga menyembah Allah, adalah dosa yang paling besar dalam Islam yang disebut dengan syirik (mempersekutukan Allah), sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya:[21]
| Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya, ”Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezhaliman yang besar.” | وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ ۖ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ | ||
| —Qur’an Luqman:13 |
Zikir dan doa
Zikir dan doa adalah dua macam ibadah kepada Allah yang secara umum tidak memiliki batasan waktu dan tempat.[22] Zikir secara bahasa artinya mengingat atau menyebut. Secara istilah, zikir mencakup ibadah memuji Allah, mengingat nama-nama-Nya, nikmat-Nya, keputusan dan takdir-Nya, ajaran agama-Nya, serta janji balasan pahala dan ancaman siksa-Nya.[23] Ibadah zikir mencakup zikir hati dan zikir lisan.[24] Zikir bertujuan untuk mewujudkan kesempurnaan peribadahan kepada Allah.[25] Membaca Alquran juga termasuk zikir.[26]
Doa secara bahasa artinya memanggil atau meminta. Secara istilah, doa mencakup panggilan pujian dan permintaan kepada Allah.[27] Setiap muslim diperbolehkan untuk berdoa meminta kebaikan atau berlindung dari keburukan.[28] Allah memerintahkan untuk berdoa kepada-Nya dengan doa-doa yang terdapat di Alquran dan Sunnah.[29] Doa yang tidak terdapat di dalam Alquran dan Sunnah diperbolehkan selain doa yang melampaui batas, seperti meminta agar mengetahui segala sesuatu atau mengetahui hal gaib karena itu merupakan kekhususan Allah.[29]
Ajaran Islam: Takwa

Sebuah sekolah Alquran di Jawa. Oleh: Tropenmuseum, National Museum of World Cultures.
Inti dari ajaran Islam sekaligus sebab berbagai kebaikan adalah takwa kepada Allah.[30] Takwa adalah perbuatan menjalankan perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya yang dilandasi oleh rasa takut, harap, dan cinta kepada Allah.[31] Seorang muslim menyembah Allah juga dalam rangka berharap masuk surga dan terhindar dari neraka.[32] Istilah takwa merupakan istilah yang paling banyak disebutkan di dalam Alquran. Adapun ayat yang paling menjelaskan tentang kedudukan takwa adalah:[33]
| Dan sungguh, Kami telah memerintahkan kepada orang yang diberi kitab suci sebelum kamu dan (juga) kepadamu agar bertakwa kepada Allah. | وَلَقَدْ وَصَّيْنَا الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِن قَبْلِكُمْ وَإِيَّاكُمْ أَنِ اتَّقُوا اللَّهَ | ||
| —Qur’an An-Nisa’:131 |
Seluruh ajaran Islam yang terkandung dalam Alquran dan sunnah (perilaku kehidupan Nabi Muhammad) dapat dikelompokkan menjadi tiga judul besar berdasarkan bidang kajian keilmuannya.[34][35]Pertama: Ajaran yang berhubungan dengan keimanan terhadap Allah, para malaikat-Nya, kitab suci yang diturunkan-Nya, para utusan-Nya, dan peristiwa di kehidupan setelah kematian. Pembahasan hal ini tercakup dalam bidang ilmu Aqidah (teologi).Kedua: Ajaran yang berhubungan dengan perbuatan hati dan jiwa, nilai-nilai moral, dan aturan perilaku. Ajaran ini dimaksudkan untuk mengembangkan sifat-sifat mulia dan tercakup dalam bidang ilmu Akhlak dan Adab (etika).Ketiga: Ajaran yang berhubungan dengan perbuatan raga yang mencakup perintah, larangan, dan kebolehan. Ajaran ini masuk dalam bidang ilmu Fiqih (hukum Islam).
Aqidah: kepercayaan
Artikel utama: Akidah Islam
Ajaran pokok dalam Islam adalah hal-hal yang menyangkut kepercayaan atau keyakinan hati.
Muslim juga mempercayai Rukun Iman yang terdiri atas 6 perkara, yaitu:
- iman kepada Allah,
- iman kepada malaikat Allah,
- iman kepada kitab Allah (Al-Qur’an, Injil, Taurat, Zabur dan suhuf),
- iman kepada nabi dan rasul Allah,
- iman kepada hari kiamat, serta
- iman kepada qada dan qadar.
Fiqih: ibadah dan muamalah
Artikel utama: FikihLihat pula: Rukun Islam
Aspek hukum dalam Islam meliputi berbagai amal perbuatan.[34] Amal-amal perbuatan tersebut dapat dibagi menjadi dua kategori dasar menurut arah hubungannya.IbadahIbadah adalah amal perbuatan manusia berhubungan dengan Allah. Ibadah ada yang murni ibadah,[36] seperti Salat dan puasa; ada yang ibadah sosial,[37] seperti Zakat dan Haji. Keempat amal ini disebut sebagai “Rukun Islam” setelah syahadat.MuamalahMuamalah adalah perbuatan manusia berhubungan dengan manusia lain. Hukum yang mengatur masalah muamalah dibagi lagi menjadi empat sub-bagian:
- hukum-hukum yang memastikan keberlangsungan dakwah Islam dan mempertahankannya. Hukum-hukum ini adalah yang dimaksud dengan Jihad. Jihad dapat berupa upaya bersenjata dan upaya tidak bersenjata.
- hukum-hukum keluarga untuk melindungi dan membina keluarga. Di dalamnya termasuk hukum pernikahan, perceraian, dan warisan.
- hukum-hukum perdagangan yang mengatur transaksi bisnis, kontrak sewa-pinjam, dan lain-lain.
- hukum-hukum pidana yang mengatur tindakan kriminal dalam masyarakat.[38]
Adab dan akhlak
Bukan hanya sekadar menjalani ajaran iman dan amal, Islam juga mengajari agar semua muslim menghiasi diri lahir dan batin dengan adab dan akhlak mulia.[39]
Adab-adab dalam Islam:[40][41]
- adab kepada Allah, termasuk adab dalam niat
- adab kepada Alquran
- adab kepada Muhammad sebagai utusan Allah
- adab kepada diri sendiri: taubat, muroqobah, muhasabah, dan mujahadah
- adab kepada semua makhluk
- berbakti kepada orang tua
- menyambung hubungan kekerabatan (silaturahim)
- berbuat baik kepada tetangga
- berbuat baik kepada anak yatim, fakir miskin, dan anak jalanan
- tidak mencela, berburuk sangka, memata-matai, maupun menyebarkan keburukan orang lain (gosip)
- adab persaudaraan, cinta, dan benci karena Allah
- adab majelis
- adab makan dan minum
- adab bertamu
- adab bepergian
- adab berpakaian
- adab tidur
Akhlak-akhlak terpuji dalam Islam:[40]
- sabar menghadapi cobaan
- bertawakal kepada Allah dan tidak hanya mengandalkan diri sendiri
- mendahulukan orang lain dan mencintai kebaikan
- adil dan berimbang
- kasih sayang
- malu
- melakukan yang terbaik
- jujur
- dermawan
- rendah diri, tidak sombong
Akhlak-akhlak tercela dalam Islam:[40]
- lalim
- dengki
- menipu
- riya’
- bangga diri dan tertipu oleh dunia
- lemah dan malas
Pembawa ajaran Islam: Muhammad
Artikel utama: Muhammad dan hadis

Stempel milik Nabi Muhammad.
Muhammad (570–632) adalah nabi terakhir dalam ajaran Islam di mana mengakui kenabiannya merupakan salah satu syarat untuk dapat disebut sebagai seorang muslim (lihat syahadat).[42] Dalam Islam Muhammad tidak diposisikan sebagai seorang pembawa ajaran baru, melainkan merupakan penutup dari rangkaian nabi-nabi yang diturunkan sebelumnya.[42]
Terlepas dari tingginya statusnya sebagai seorang Nabi, Muhammad dalam pandangan Islam adalah seorang manusia biasa, namun setiap perkataan dan perilaku dalam kehidupannya dipercayai merupakan bentuk ideal dari seorang muslim.[43][44][45][46] Oleh karena itu dalam Islam dikenal istilah hadis yakni kumpulan perkataan (sabda), perbuatan, ketetapan maupun persetujuan Muhammad.[47] Kata hadis itu sendiri adalah bukan kata infinitif.[48] Hadis adalah teks utama (sumber hukum) kedua Islam setelah Al Qur’an.[49]
Saat umat Islam menyebut atau menuliskan nama Nabi Muhammad, mereka biasanya menambahkan ucapan penghormatan shalallaahu ‘alayhi wasallam (semoga Allah memberi kebahagiaan dan keselamatan kepadanya), sering disingkat S.A.W., setelah namanya.[50]
Sumber hukum dan ajaran Islam
Artikel utama: Sumber-sumber hukum Islam

Contoh halaman cetakan Alquran, terlihat halaman berisi Surah Al-Fatihah. Surah tersebut merupakan pertama dalam Alquran.
Ajaran-ajaran dan hukum-hukum Islam utamanya diambil dari dua sumber primer: Alquran dan sunnah.[51] Alquran berlaku sebagai sumber pokok dan cetak biru untuk kehidupan Islami, sedangkan kehidupan sehari-hari Nabi (sunnah) berlaku untuk menerangkan prinsip-prinsip dalam cetak biru tersebut serta untuk menunjukkan cara mengaplikasikannya.[52] Alquran sendiri sudah lengkap berisi seluruh hukum-hukum syariah, sebagaimana disebutkan dalam Alquran, “Dan Kami turunkan Kitab (Alquran) kepadamu untuk menjelaskan segala sesuatu.”[An-Nahl:89][53]
Hukum-hukum Islam dan ajaran-ajarannya juga diambil dari sumber-sumber sekunder, seperti ijmak, qiyas, istishlah, istihsan, dan urf.[54] Di antara para sarjana Islam, istishlah, istihsan, urf, dan sumber hukum lain selain Alquran, sunnah, ijmak, dan qiyas diperselisihkan kevalidannya sebagai sumber hukum.[55]
Umat Islam percaya bahwa Alquran yang ada saat ini persis sama dengan yang disampaikan kepada Muhammad, kemudian disampaikan lagi kepada pengikutnya, yang kemudian menghapalkan dan menulis isi Al Qur’an tersebut. Secara umum para ulama menyepakati bahwa versi Alquran yang ada saat ini pertama kali dikompilasi pada masa kekhalifahan Utsman bin Affan (khalifah Islam ke-3) yang berkisar antara 650 hingga 656 M. Utsman bin Affan kemudian mengirimkan duplikat dari versi kompilasi ini ke seluruh penjuru kekuasaan Islam pada masa itu dan memerintahkan agar semua versi selain itu dimusnahkan untuk keseragaman.[56]
Alquran memiliki 114 surah, dan sejumlah 6.236 ayat (terdapat perbedaan tergantung cara menghitung).[57] Hampir semua Muslim menghafal setidaknya beberapa bagian dari keseluruhan Alquran, mereka yang menghafal keseluruhan Alquran dikenal sebagai hafiz (jamak:huffaz). Pencapaian ini bukanlah sesuatu yang jarang, dipercayai bahwa saat ini terdapat jutaan penghapal Al-Qur’an diseluruh dunia. Di Indonesia ada lomba Musabaqah Tilawatil Qur’an yaitu lomba membaca Alquran dengan tartil atau baik dan benar.
Muslim juga percaya bahwa Alquran hanya berbahasa Arab. Hasil terjemahan dari Alquran ke berbagai bahasa tidak merupakan Alquran itu sendiri. Oleh karena itu terjemahan hanya memiliki kedudukan sebagai komentar terhadap Alquran ataupun bentuk usaha untuk mencari makna Alquran, tetapi bukan Alquran itu sendiri.
Sejarah
Artikel utama: Sejarah Islam
Masa pra Islam
Jazirah Arab sebelum kedatangan agama Islam merupakan sebuah kawasan perlintasan perdagangan dalam Jalan Sutera yang menghubungkan antara Indo Eropa dengan kawasan Asia di timur.[58] Kebanyakan orang Arab merupakan penyembah berhala dan ada sebagian yang merupakan pengikut agama-agama Kristen dan Yahudi.[59] Mekkah adalah tempat yang suci bagi bangsa Arab ketika itu,[60] karena di sana terdapat berhala-berhala agama mereka, telaga Zamzam, dan yang terpenting adalah Ka’bah.[61][62] Masyarakat ini disebut pula jahiliyah, artinya bodoh, bukan dalam hal intelegensia namun dalam pemikiran moral.[63] Warga Quraisy adalah masyarakat yang suka berpuisi, dan menjadikan puisi sebagai salah satu hiburan di saat berkumpul di tempat-tempat ramai.[64]
609-632: masa kenabian
Islam bermula pada tahun 609 ketika wahyu pertama diturunkan kepada Muhammad di Gua Hira’, 2 mil dari Mekah.[65]
Muhammad dilahirkan di Mekkah pada tanggal 12 Rabiul Awal Tahun Gajah (571). Ketika Muhammad berusia 40 tahun, ia mulai mendapatkan wahyu yang disampaikan Malaikat Jibril, dan sesudahnya selama beberapa waktu mulai mengajarkan ajaran Islam secara tertutup kepada para sahabatnya. Setelah tiga tahun menyebarkan Islam secara sembunyi-sembunyi, ia akhirnya menyampaikan ajaran Islam secara terbuka kepada seluruh penduduk Mekah, yang mana sebagian menerima dan sebagian lainnya menentangnya.
Pada tahun 622, Muhammad dan pengikutnya berpindah ke Madinah. Peristiwa ini disebut hijrah dan menjadi dasar acuan permulaan perhitungan kalender Islam, yaitu Kalender Hijriah. Di Madinah, Muhammad dapat menyatukan orang-orang anshar (kaum muslimin dari Madinah) dan muhajirin (kaum muslimin dari Mekkah), sehingga umat Islam semakin menguat. Dalam setiap peperangan yang dilakukan melawan orang-orang kafir, umat Islam selalu mendapatkan kemenangan. Dalam fase awal ini, tak terhindarkan terjadinya perang antara Mekkah dan Madinah.
Keunggulan diplomasi nabi Muhammad pada saat perjanjian Hudaibiyah, menyebabkan umat Islam memasuki fase yang sangat menentukan. Banyak penduduk Mekkah yang sebelumnya menjadi musuh kemudian berbalik memeluk Islam, sehingga ketika penaklukan kota Mekkah oleh umat Islam tidak terjadi pertumpahan darah. Ketika Muhammad wafat di usia yang ke-61, hampir seluruh Jazirah Arab telah memeluk Islam.
632-661: Khalifah Rasyidin
Artikel utama: Khulafaur Rasyidin
Khalifah Rasyidin atau Khulafaur Rasyidin memilki arti pemimpin yang diberi petunjuk, diawali dengan kepemimpinan Abu Bakar, dan dilanjutkan oleh kepemimpinan Umar bin Khattab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abu Thalib. Pada masa ini umat Islam mencapai kestabilan politik dan ekonomi. Abu Bakar memperkuat dasar-dasar kenegaraan umat Islam dan mengatasi pemberontakan beberapa suku-suku Arab yang terjadi setelah meninggalnya Muhammad. Umar bin Khattab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abu Thalib berhasil memimpin balatentara dan kaum Muslimin pada umumnya untuk mendakwahkan Islam, terutama ke Syam, Mesir, dan Irak. Dengan takluknya negeri-negeri tersebut, banyak harta rampasan perang dan wilayah kekuasaan yang dapat diraih oleh umat Islam.
632-Abad ke-20: Masa kekhalifahan selanjutnya
Setelah periode Khalifah Rasyidin, kepemimpinan umat Islam berganti dari tangan ke tangan dengan pemimpinnya yang juga disebut “khalifah”, atau kadang-kadang disebut “amirul mukminin”, “sultan”, dan sebagainya. Pada periode ini khalifah tidak lagi ditentukan berdasarkan orang yang terbaik di kalangan umat Islam, melainkan secara turun-temurun dalam satu dinasti (bahasa Arab: bani) sehingga banyak yang menyamakannya dengan kerajaan; misalnya kekhalifahan Bani Umayyah, Bani Abbasiyyah, hingga Bani Utsmaniyyah yang kesemuanya diwariskan berdasarkan keturunan.
Besarnya kekuasaan kekhalifahan Islam telah menjadikannya salah satu kekuatan politik yang terkuat dan terbesar di dunia pada saat itu. Timbulnya tempat-tempat pembelajaran ilmu-ilmu agama, filsafat, sains, dan tata bahasa Arab di berbagai wilayah dunia Islam telah mewujudkan satu kontinuitas kebudayaan Islam yang agung. Banyak ahli-ahli ilmu pengetahuan bermunculan dari berbagai negeri-negeri Islam, terutamanya pada zaman keemasan Islam sekitar abad ke-7 sampai abad ke-13 masehi.
Luasnya wilayah penyebaran agama Islam dan terpecahnya kekuasaan kekhalifahan yang sudah dimulai sejak abad ke-8, menyebabkan munculnya berbagai otoritas-otoritas kekuasaan terpisah yang berbentuk “kesultanan”; misalnya Kesultanan Safawi, Kesultanan Turki Seljuk, Kesultanan Mughal, Kesultanan Samudera Pasai dan Kesultanan Malaka, yang telah menjadi kesultanan-kesultanan yang memiliki kekuasaan yang kuat dan terkenal di dunia. Meskipun memiliki kekuasaan terpisah, kesultanan-kesultanan tersebut secara nominal masih menghormati dan menganggap diri mereka bagian dari kekhalifahan Islam.
Pada kurun ke-18 dan ke-19 masehi, banyak kawasan-kawasan Islam jatuh ke tangan penjajah Eropa. Kesultanan Utsmaniyyah (Kerajaan Ottoman) yang secara nominal dianggap sebagai kekhalifahan Islam terakhir, akhirnya tumbang selepas Perang Dunia I. Kerajaan ottoman pada saat itu dipimpin oleh Sultan Muhammad V. Karena dianggap kurang tegas oleh kaum pemuda Turki yang di pimpin oleh Mustafa Kemal Pasya atau Kemal Atatürk, sistem kerajaan dirombak dan diganti menjadi republik.
Masyarakat dan budaya Islam
Demografi dan denominasi

Populasi Muslim dunia. Oleh: Pew Forum.
Sebuah data penelitian tahun 2015 memperkirakan 1.752.620.000 jiwa (24,1%) dari populasi dunia adalah muslim dengan angka pertumbuhan sejak 2010 adalah 31%.[66] Mayoritas muslim (61%) tinggal di negara-negara Asia-Pasifik; di Timur Tengah dan Afrika Utara adalah 20%; di Sub-Sahara adalah 16%, dan 3% di Eropa.[66] Jumlah muslim diperkirakan akan meningkat 70% pada tahun 2060 menjadi 2.987.390.000 jiwa; adapun Kristen diperkirakan mencapai 3.054.460.000 jiwa pada tahun yang sama.[66]
Mazhab Aqidah
Mazhab Fikih
Hari raya dan hari besar
Hari perayaan dalam Islam secara umum dapat dibagi menjadi hari raya keagamaan dan hari besar lainnya. Hari raya keagamaan Islam ada dua, yaitu:[67]
Sedangkan hari besar Islam lainnya, antara lain yaitu:
Tempat ibadah
Artikel utama: Masjid
Rumah ibadat umat Muslim disebut masjid atau mesjid. Ibadah yang biasa dilakukan di Masjid antara lain salat berjama’ah, ceramah agama, perayaan hari besar, diskusi agama, belajar mengaji (membaca Al-Qur’an) dan lain sebagainya.